31 Desember 2008
Penyalahgunaan Malam Takbir
Malam takbir memang malam yang sangat menyenangkan dan sangat ditunggu-tunggu oleh kalangan umat Islam. Gema takbir senantiasa bersautan antar perseorangan maupun kelompok baik di masjid atupun di rumah sendiri. Tak hanya itu, di jalan raya pun juga suara takbir masih terdengar jelas ketika ada pawai yang menghiasi kesunyian malam di jalan itu. Keindahan malam itu terasa terpecahkan apabila ada sebagian kelompok yang mempunyai pandangan berbeda dengan malam itu. Kelompok tersebut malah menyalah-artikan malam takbir yang seharusnya bertakbiran diganti dengan berkonvoi di jalan raya dengan cara yang kurang mengenakkan.
“Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.. Laa illaha Ilallah Allahu akbar.. Allahu akbar wa lillah Ilham” bunyian itu terasa ketika malam penuh barokah itu datang. Malam kemenangan yang sangat ditunggu-tunggu. Anak-anak, remaja, dewasa, bahkan manula pun bersemangat bertakbir kepada Allah SWT. Umat Islam dianjurkan mendekatkan diri kepada-Nya pada malam harinya. Malam itu Allah SWT menurunkan beberapa rahmad-Nya kepada seseorang yang mendekatkan diri kepada-Nya. Karena itu, sebagai umat Islam yang bertaqwa, kita seharusnya berdzikir kepada Allah SWT agar kita senantiasa mendapatkan karunia-Nya.
Malam yang hanya terjadi 2 kali setahun pada penanggalan qomariyah (Bulan) merupakan malam yang spesial. Seluruh umat Islam di dunia merayakannya. Memang perayaannya berbeda-beda tiap individu tetapi mempunyai inti yang sama, yaitu sama-sama memperingati malam takbir atau melam lebaran. Mulai dari bertakbir di masjid atau musholla terdekat maupun di rumah, pawai dengan mengucapkan takbir kependuduk sekitar, dan berdiam diri di rumah yang mempunyai inti yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam perayaan tersebut, masih ada saja seseorang yang menyalahgunakan malam takbir sebagai “malam berpesta”.
Malam yang seharusnya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt malah dibuat agar menjauhi kepada-Nya. Penyalahgunaan seperti berkonvoi dengan kebut-kebutan, ngedate (pacaran), ngrumpi bersama teman-teman yang tak bermanfaat apapun yang dapat dilaksanakan lain waktu, dan sebagainya.
Dalam pembahasan ini saya hanya membahas tentang berkonvoi di jalan raya. Berkonvoi sebenarnya boleh-boleh saja, tetapi karena kegiatan itu dapat mengganggu ketentraman lingkungan yang berada disekitar area konvoi. Menurut saya, itu sudah melanggar “aturan main”. Tetapi yang saya herankan, polisi sebagai pengayom masyarakat yang seharusnya menertibkan dan mengamankan jalannya kegiatan yang terjadi di wilayahnya, malahan terlihat dengan santainya duduk di posnya tanpa adanya nasehat sedikitpun. Apakah masih pantas polisi menyandang gelar pelindung masyarakat? Dan inilah yang terjadi di wilayah kecamatan Babat yang saya amati setiap malam hari raya tiba.
Kelompok itu berkonvoi di jalan raya dengan membesarkan gas sepeda motor (bleyyer) yang terdengar keras ditelinga penduduk sekitar. Tak tanggung-tanggung jalanan akan menjadi macet dan tak sedikit kecelakaan terjadi, misalnya jatuh dari sepeda motor, bertubrukan sesama kelompok konvoi, menubruk pengguna jalan, dan sebagainnya. Bahkan ada sebagian masyarakat yang menggunakan momen ini sebagai ajang pesta minuma keras (miras). Kedua contoh ini memang sudah melenceng jauh dengan ajaran Islam yang seharusnya meningkatkan ketaqwaan, bukan mengendorkan keimanan. Inilah yang terjadi pada sebagian masyarakat kita. Memang sangat mengecewakan dan inilah peran serta kita yang bisa mengubah hidup ini yang semuanya kembali pada tingkat individu.
Saya berharap dengan adanya tulisan ini, maka ada tindak lanjut bagi lembaga yang terkait dan perseorangan yang khususnya saya pribadi yang harus mengingatkan dan tidak ikut serta dalam ajang tersebut. Terima kasih.
Malam yang hanya terjadi 2 kali setahun pada penanggalan qomariyah (Bulan) merupakan malam yang spesial. Seluruh umat Islam di dunia merayakannya. Memang perayaannya berbeda-beda tiap individu tetapi mempunyai inti yang sama, yaitu sama-sama memperingati malam takbir atau melam lebaran. Mulai dari bertakbir di masjid atau musholla terdekat maupun di rumah, pawai dengan mengucapkan takbir kependuduk sekitar, dan berdiam diri di rumah yang mempunyai inti yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam perayaan tersebut, masih ada saja seseorang yang menyalahgunakan malam takbir sebagai “malam berpesta”.
Malam yang seharusnya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt malah dibuat agar menjauhi kepada-Nya. Penyalahgunaan seperti berkonvoi dengan kebut-kebutan, ngedate (pacaran), ngrumpi bersama teman-teman yang tak bermanfaat apapun yang dapat dilaksanakan lain waktu, dan sebagainya.
Dalam pembahasan ini saya hanya membahas tentang berkonvoi di jalan raya. Berkonvoi sebenarnya boleh-boleh saja, tetapi karena kegiatan itu dapat mengganggu ketentraman lingkungan yang berada disekitar area konvoi. Menurut saya, itu sudah melanggar “aturan main”. Tetapi yang saya herankan, polisi sebagai pengayom masyarakat yang seharusnya menertibkan dan mengamankan jalannya kegiatan yang terjadi di wilayahnya, malahan terlihat dengan santainya duduk di posnya tanpa adanya nasehat sedikitpun. Apakah masih pantas polisi menyandang gelar pelindung masyarakat? Dan inilah yang terjadi di wilayah kecamatan Babat yang saya amati setiap malam hari raya tiba.
Kelompok itu berkonvoi di jalan raya dengan membesarkan gas sepeda motor (bleyyer) yang terdengar keras ditelinga penduduk sekitar. Tak tanggung-tanggung jalanan akan menjadi macet dan tak sedikit kecelakaan terjadi, misalnya jatuh dari sepeda motor, bertubrukan sesama kelompok konvoi, menubruk pengguna jalan, dan sebagainnya. Bahkan ada sebagian masyarakat yang menggunakan momen ini sebagai ajang pesta minuma keras (miras). Kedua contoh ini memang sudah melenceng jauh dengan ajaran Islam yang seharusnya meningkatkan ketaqwaan, bukan mengendorkan keimanan. Inilah yang terjadi pada sebagian masyarakat kita. Memang sangat mengecewakan dan inilah peran serta kita yang bisa mengubah hidup ini yang semuanya kembali pada tingkat individu.
Saya berharap dengan adanya tulisan ini, maka ada tindak lanjut bagi lembaga yang terkait dan perseorangan yang khususnya saya pribadi yang harus mengingatkan dan tidak ikut serta dalam ajang tersebut. Terima kasih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar